Senin, 19 November 2012

PENTINGNYA MATEMATIKA UNTUK AUD



HAKIKAT PENGENALAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI


Definisi
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan (pusat pembinaan dan pengembangan bahasa (1991).
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin di sampaikan (suriasumantri, 1982)
Matematika sebagai ilmu tentang struktur dan hubungan-hubunganya memerlukan simbol-simbol  untuk membantu memanipulasi aturan-aturan melalui operasi yang ditetapkan (Paimin, 1998)
Kesimpulan, matematika adalah sesuatu yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif, sedangkan matematika di  PAUD adalah kegiatan belajar tentang konsep matematika melalui aktifitas bermain dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah.


TUJUAN PENGENALAN MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI:
  1. A.   Tujuan Umum
Agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung/ matematika, sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih komplek. 

B.   Tujuan khusus
  1. Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angaka yang terdapat di sekitar anak.
  2. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.
  3. Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.
  4. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi di sekitarnya.
  5. Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan   
  
 LANDASAN PENGENALAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI 
Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan matematika anak usia dini adalah sebagai berikut: 
1. Tingkat Perkembangan Mental Anak 
 Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam diri anak. Artinya belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun psikis.selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari anak itu sendiri.
Anak usia TK berada pada tahapan pra-operasional kongkrit yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang kongkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya (persepsinya sendiri).

2. Masa Peka Berhitung Pada Anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangan-nya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981) perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol sampai dangan pra-sekolah (4-6 tahun). Oleh sebab itu, usia pra-sekolah sering kali disebut sebagai “masa peka belajar”. Pernyataan didukung oleh Benyamin S. Bloom yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelektual anak sudah terbentuk usia 4 tahun kemudian mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun.

MANFAAT PERMAINAN MATEMATIKA UNTUK AUD
  1. Membelajarkananak berdasarkan konsep matematika yang benar.
  2. Menghindari ketakutan matematika sejak awal.
  3. Membantu anak belajar matematika secara alami melalui kegiatan bermain.


PENTINGKAH MATEMATIKA??





matematika sering dicapkan sebagai mata pelajaran yang mengerikan, dan dijadikan momok bagi mayoritas, padahal ilmu matematika sangat berguna dalam kehidupan nyata. beberapa alasan matematika tidak disukai antara lain yang sering diutarakan yaitu: sulit dimengerti, ribet, rumusnya banyak,tidak da manfaatnya dan masih banyak lagi.
sebenarnya secara teori, materi pada matematika hanya membahas masalah yang sama contohnya: geometri, aljabar, trigonometri dan lain-lain dilamnya hanya membahas rumus yang sama, walupun ada perubahan yang berubah hanyalah contoh dan pengembangan dari rumus itu sendiri. berbeda dengan ilmu sosial,ilmu sosial sangat tergantung dengan keadaan atau sikon suatu bangsa dan zaman,sehingga bila dibandingkan matematika dengan ilmu sosial,ilmu sosial lebih sulit dibandingkan dengan matematika itu sendiri.

pengertian matematika

sebelum membahas pentingnya matematika, kita harus tahu terlebih dulu apa itu matematika? sebenarnya matematika itu sendiri sangat sulit untuk diartikan dengan tepat, ada beberapa pengertian matemamatika yang diungkapkan oleh ahli, salah satunya yaitu: NRC (1989:31) menyatakan dengan singkat bahwa: “Mathematics is a science of patterns and order.” Artinya, matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan (pattern) dan tingkatan (order). De Lange (2004:8) menyatakan lebih terinci:
Mathematics could be seen as the language that describes patterns – both patterns in nature and patterns invented by the human mind. Those patterns can either be real or imagined, visual or mental, static or dynamic, qualitative or quantitative, purely utilitarian or of little more than recreational interest. They can arise from the world around us, from depth of space and time, or from the inner workings of the human mind.
jadi, dari pernyataan diatas jelas menyebutkan bahwa matematika adalah ilmu yang membahas pola, tingkatan, yang berhubungan dengan pikiran manusia.

Pendidikan Karakter

Pedidikan karakter merupakan bagian dari tugas pendidikan. Karakter dalam ilmu psikologi lebih familiar dengan nama kepribadian. Sehingga kata “pendidikan karakter” lebih pas dengan kata “pendidikan kepribadian”. Tetapi, secara eksplisit, kata “pendidikan karakter” mengandung unsur makna “kepribadian yang positif, kuat, ketahanan, penyesuaian diri, pembentukan nili-nilai dan lain-lain”. Seorang anak didik yang memiliki karakter, adalah bibit unggul.
Pada dasarnya, filosofi pendidikan adalah memanusiakan manusia. Hanya melalui pendidikan, harkat dan martabat manusia akan terangkat. Dari manusia yang tak beradab, menjadi manusia yang bijak. Dari manusia yang bodoh dan buta menjadi menjadi manusia yang dapat melihat eksistensi diri dan fungsinya dalam kehidupan. Sehingga, keberhasilan suatu pendidikan tidak hanya berfokus pada nilai-nilai diatas keras, tetapi jauh dari itu, pendidikan berfungsi membentuk karakter anak sebagai manusia yang utuh dan sempurna.
Mengapa pendidikan karakter sangat penting bagi anak didik? Pada sebuah penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting. Pengetahuan matematika, pengetahan fisika, tanpa pengetahaun soft skill (pengatahuan karakter) menjadi tidak berfungsi dan bermamfaat dalam ranah umum (masyarakat), bahkan akan merusak tatanam kehidupan yang sudah ada.
Bagaimana membentuk karakter anak didik? Membentuk sebuah karakter bukanlah hal yang instan. Dia membutuhkan waktu dan kesabaran, ketelatenan, kontinuitas dan ketersediaan model yang akan di contoh.
Secara garis besar, hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter anak didik adalah sebagai berikut:
Orang Tua dan Guru sebagai Model
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa pendidikan karakter membutuhkan ketersediaan model yang akan di contoh oleh anak didik. Salah satu model yang paling sering berinteraksi dengan anak didik adalah orang tua sendiri dan guru. Kedua orang ini adalah model ideal dan sangat mempengaruhi karakter anak. Sehingga diharapkan pada orang tua dan guru selalu memunculkan perilaku yang positif sehingga patut dijadikan model. Orang tua dan guru yang tidak memunculkan karakter yang positif merupakan malapetaka pada pembentukan karakter anak.
Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan yang kondusif mempengaruhi pendidikan karakter anak. Lingkungan itu antara antara lain, lingkungan sekolah (pergaulan dengan teman sebaya), rumah (orang tua dan keluarga lainnya), dan masyarakat. Lingkungan bagi anak merupakan tempat belajar dan memilah-milah perilaku yang adaptif dan dapat diterima. Apa jadinya, jika lingkungan tersebut lebih banyak memunculkan perilaku yang maldaptif (seperti kekerasan, pelanggaran, tindak susila dan lain-lain)? Kemungkinan besar, anak memiliki karakter yang menyimpang pula.
Media yang Mendidik
Peranan media dalam pembentukan karakter anak juga sangat besar. Bahkan saat ini, kebanyakan anak terpengarh media, baik itu televisi, video games, surat kabar, jejaring sosial dan lain-lain. Anak akan memunculkan perilaku seusai dengan apa yang dilihat dan didengarnya. Saat ini, interaksi anak dengan media diatas bahkan sangat besar, sehingga pengaruh media juga bagi anak sangat besar dalam mempengaruhi dan membentuk karakternya. Tapi apa yang terjadi saat ini, media sangat tidak mendidik, baik itu televisi, games, jejaring sosial lebih banyak menampilkan kekerasan dan pornografi. Ini adalah sebuah malapetaka. Bahkan sebaiknya anak didik di jauhkan dengan media yang tidak mendidik ini.
Kurikulum yang Terintegrasi
Kurikulum pendidikan juga menentukan dalam pembentukan karakter anak didik. Penyusunan kerukulum yang sitematis dengan menerapkan paralelitas antara hard skill dan soft skill. Hard skill dan soft skill adalah dua hal yang bukan berbeda, tetapi penerapan keduanya sejalan dalam sistem pendidikan. Pendidikan bukan hanya soal nilai hard skill semata, tetapi dia adalah complement antara hard skill dan soft skill. Kalau bisa, penerapan keduanya adalah fifty-fitty dalam pengambilan penilaian.

Tugas

kirimkan biodata anda ke email saya (dedy_irawan12345@yahoo.com) dengan format seperti dibawah ini

1. Nama
2. Tempat tanggal lahir
3. Nomor Induk Mahasiswa
4. Tempat Tugas
5. Deskripsi selama kuliah