Pedidikan
karakter merupakan bagian dari tugas pendidikan. Karakter dalam ilmu
psikologi lebih familiar dengan nama kepribadian. Sehingga kata
“pendidikan karakter” lebih pas dengan kata “pendidikan kepribadian”.
Tetapi, secara eksplisit, kata “pendidikan karakter” mengandung unsur
makna “kepribadian yang positif, kuat, ketahanan, penyesuaian diri,
pembentukan nili-nilai dan lain-lain”. Seorang anak didik yang memiliki
karakter, adalah bibit unggul.
Pada
dasarnya, filosofi pendidikan adalah memanusiakan manusia. Hanya
melalui pendidikan, harkat dan martabat manusia akan terangkat. Dari
manusia yang tak beradab, menjadi manusia yang bijak. Dari manusia yang
bodoh dan buta menjadi menjadi manusia yang dapat melihat eksistensi
diri dan fungsinya dalam kehidupan. Sehingga, keberhasilan suatu
pendidikan tidak hanya berfokus pada nilai-nilai diatas keras, tetapi
jauh dari itu, pendidikan berfungsi membentuk karakter anak sebagai
manusia yang utuh dan sempurna.
Mengapa pendidikan karakter sangat penting bagi anak didik?
Pada sebuah penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali
Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan
semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill.
Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik
sangat penting. Pengetahuan matematika, pengetahan fisika, tanpa
pengetahaun soft skill (pengatahuan karakter) menjadi tidak
berfungsi dan bermamfaat dalam ranah umum (masyarakat), bahkan akan
merusak tatanam kehidupan yang sudah ada.
Bagaimana membentuk karakter anak didik? Membentuk
sebuah karakter bukanlah hal yang instan. Dia membutuhkan waktu dan
kesabaran, ketelatenan, kontinuitas dan ketersediaan model yang akan di
contoh.
Secara garis besar, hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter anak didik adalah sebagai berikut:
Orang Tua dan Guru sebagai Model
Seperti
yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa pendidikan karakter membutuhkan
ketersediaan model yang akan di contoh oleh anak didik. Salah satu model
yang paling sering berinteraksi dengan anak didik adalah orang tua
sendiri dan guru. Kedua orang ini adalah model ideal dan sangat
mempengaruhi karakter anak. Sehingga diharapkan pada orang tua dan guru
selalu memunculkan perilaku yang positif sehingga patut dijadikan model.
Orang tua dan guru yang tidak memunculkan karakter yang positif
merupakan malapetaka pada pembentukan karakter anak.
Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan
yang kondusif mempengaruhi pendidikan karakter anak. Lingkungan itu
antara antara lain, lingkungan sekolah (pergaulan dengan teman sebaya),
rumah (orang tua dan keluarga lainnya), dan masyarakat. Lingkungan bagi
anak merupakan tempat belajar dan memilah-milah perilaku yang adaptif
dan dapat diterima. Apa jadinya, jika lingkungan tersebut lebih banyak
memunculkan perilaku yang maldaptif (seperti kekerasan, pelanggaran,
tindak susila dan lain-lain)? Kemungkinan besar, anak memiliki karakter
yang menyimpang pula.
Media yang Mendidik
Peranan
media dalam pembentukan karakter anak juga sangat besar. Bahkan saat
ini, kebanyakan anak terpengarh media, baik itu televisi, video games,
surat kabar, jejaring sosial dan lain-lain. Anak akan memunculkan
perilaku seusai dengan apa yang dilihat dan didengarnya. Saat ini,
interaksi anak dengan media diatas bahkan sangat besar, sehingga
pengaruh media juga bagi anak sangat besar dalam mempengaruhi dan
membentuk karakternya. Tapi apa yang terjadi saat ini, media sangat
tidak mendidik, baik itu televisi, games, jejaring sosial lebih banyak
menampilkan kekerasan dan pornografi. Ini adalah sebuah malapetaka.
Bahkan sebaiknya anak didik di jauhkan dengan media yang tidak mendidik
ini.
Kurikulum yang Terintegrasi
Kurikulum
pendidikan juga menentukan dalam pembentukan karakter anak didik.
Penyusunan kerukulum yang sitematis dengan menerapkan paralelitas antara
hard skill dan soft skill. Hard skill dan soft skill
adalah dua hal yang bukan berbeda, tetapi penerapan keduanya sejalan
dalam sistem pendidikan. Pendidikan bukan hanya soal nilai hard skill semata, tetapi dia adalah complement antara hard skill dan soft skill. Kalau bisa, penerapan keduanya adalah fifty-fitty dalam pengambilan penilaian.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapussangar bro
BalasHapusdlam kenyataannya sangat sulit....................
BalasHapus